Pierre de Ronsard (1524-1585)

Nurel Javissyarqi
http://pustakapujangga.com/?p=345

SONETA BUAT HELENA
Pierre de Ronsard

Bila kau telah tua, duduk termenung di tepi senja,
Menyulam-nyulam dekat tungku dalam terang pelita,
Senandungkanlah sajakku dan takjubi kisah lama:
Ach, Ronsard memuja daku kala diri muda juwita.

Siapapun nanti pelayanmu, demi mendengar ini kisah,
Walau tengah manggut-manggut selagi asyik bekerja,
Oleh mendengar namaku saja, maka ia pun bangkitlah,
Dan namamu direstunya dengan puji tidak berhingga.

Akupun telah dikubur orang dan ruhku tak bertulang
Bakal pergi istirahat di daerah wangi bayang-bayang.
Tapi kau akan jongkok dekat tungku, bungkuk dan tua,

Menyesali cintaku telah kau tampik serta ejekkan.
Percayalah kataku ini: Hidup kini jangan esokkan;
Petiklah sedari kini mawar kehidupan dini dunia.

Pierre de Ronsard (11 Sep 1524 – Des 1585), dalam buku yang kupergunakan “Puisi Dunia” jilid I disusun M. Taslim Ali, Balai Pustaka 1952, terlahir tahun 1925. Ronsard ialah pemimpin Pleiade, perhimpunan tujuh penyair yang sajak-sajaknya meniru irama serta gaya para penyair Romawi dan Yunani, seperti Petrarca, Horatius, Pindarus, Theocritus juga Propertius. Sajak-sajak asmaranya terkenal manis pula enteng, pun atas odenya. Keturunan bangsawan, sewaktu bujang hidup di astana Francois I semacam pesuruh raja, kemudian masuk dinas diplomasi Perancis di Skotia dan Inggris, sampai tuli oleh suatu penyakit hingga terpaksa menarik diri. Tahun 1560 – 1574 resmi menjadi penyair istana Henry II dan Charles II, sesudahnya mengundurkan diri dari pergaulan. Ronsard dipandang sebagai penyair Perancis terbesar di jamannya juga pembaharu yang luas pengaruhnya pada penyair-penyair Inggris jaman Ratu Elisabeth.
***

Tatkala Ronsard dendangkan lagu bathinnya, kabut dataran tinggi menjelma madu tak lengket di gigi, namun manisnya melebihi tujuh macam rasa.

Penyair dihibur dirinya semata, sewaktu kepedihan jiwanya dirajam kepiluan masa hingga bersanggup meranggeh masa-masa belum tertanda.

Ada cahaya firasat cemerlang menimpainya, tapi mereka tak pada mengetahui. Kesunyian bertumpuk dikekalkan kalimah sederhana, tetap melebihi sayatan perempuan yang ditinggal kekasihnya ke tanah seberang.

Hanya tungku api jiwa berluapan doa terus jejakkan sukma bertengger pelita. Demikian Ronsard menarik peristiwa silam-semilam disuguhkan ke hadirat pendengarnya.

Yang tidak terkata mengenyangkan penuh kelezatan, bukan cecapan lidah pun lumatan bibir; kalbu teguh menerima kejatuhan nasib pahit digayuh.

Laksana menyeberangi sungai bersampan ke tengah malam gemintang. Di sanalah hutan pemikirannya tumbuh, lebah madu pelayannya seperti semut-semut selalu menemani setiap perenungan.

Manakala para insan tak mampu membaca bahasanya, makhluk tuhan yang lain dendangkan keindahannya. Inilah seimbangkan alam dzikir seorang dalam goa pertapaan, relief-relief bersaksi; tak selamanya kesungguhan dapat dimengerti, kecuali seirama gelombang lautan.

Ronsard mengajak berdialog kemungkinan wewarna bayang-bayang dari cahaya, oleh raut masa depan atas pengorbanan selama ini berkesantunan merapal perlambang. Para penyimak tak merasa tengah diseret pertanyaan sulit dapatkan jawaban.

Nalarnya berkisaran merabai waktu tenggang juga sempit, lantas dipergunakan bahasa terjepit keadaan, demi apabila dalam kelonggaran lebih menusuk dada penuh kasih sayang.

Kala menyebut namanya sendiri, diriku tersenyum, bulu kuduku merinding digetarkan sesuatu yang jauh namun teramat dekat segetaran bercampur tubuh.

Biasanya insan bahagia dielus-elus kelembutan rasa hingga hilang kesadaran sampai detik tertentu mendekati gila lepas fikiran. Demikian pujangga kala merasakan datangnya masa kapujanggaan, umpama pulung takkan berpindah pangkuan jika sanggup merawat kesucian.

Kebangkitannya membangkit semua orang diikuti tetumbuhan, hewan-gemewan, burung-burung bersenandung. Di telempap nun jauh gembala meniup seruling bersiulan panjang melampaui abad silam juga mendatang.

Maka timbang laluan kata, barangkali ada duri tak terketahui mengenai kaki menusuk hati, lalu perturutkan yang terindah, siapa tahu mengurangi timbangan kelak, guna tidak timpang menimpahi dahi para pujaan.

Gema Ronsard antara rongga cakrawala, menyusup ke balik tanda dipantulkan dataran pinggul telaga. Berulang sampai reranting jatuh patah dapat disambung ulang.

Pujangga tiada kemampuan menghidupkan orang mati, namun dimiliki dinaya membangkitkan ruh leluhur melampaui benua-samudera nun jauh terbentang. Keyakinannya sekedip pandang sudah sampai dataran langit penuh warna; di sana menjumputi kata-kata tak pernah didengar insan.

Ada gemuruh guruh di telinga akrab, namun tiada tahu siapa mendengungkannya. Itulah suara hati diselumuti sepi paling suci, tapi orang-orang meskipun menyimak, langkah kakinya tiada mengikuti nurani.

Pada puncak pelangi di langit kebeningan hati, Ronsard melihat jaman di depan membungkuk menghormati, dirinya tak bangga sebab merasa semua lantaran Sang Kuasa.

Setiap kalbu senantiasa disucikan tentu mudah menangkap kelembutan. Bukan yang dimengerti namun kefahaman dicari, dan kematangan mental imbalannya sehari-hari.

Dalam soneta di atas yang sebelumnya diriku jua terhanyut-hanyut asyik-masyuk mengejawantah raga-bathin-sukma bersama Helena, sang mawar dini hari berlenggak-lenggok menggoda para pendaki.

Ada masa mudah ditarik selaksa lembaran selaput kabut silam berduyun-duyun datang ke pelupuk mata. Kita tinggal meresapi mampu mengambil rupa.

Seperti senyuman selalu terbayang sampai dasar mimpi pejaka dirundung malang kerinduan miliki penciuman tajam, dan kecemburuan hantarkan bau surga seakan benar merasakan puncak kehadiran tuhan.

Oh Ronsard, dengan lampu minyak apa kau guratkan tiap syairmu hingga mata ayu jatuhkan airnya, dan penyesalan mencapai alam makna daripada temuan para ahli di setiap jaman terus dijejali permusuhan dengki.

Aku ingin rebahkan diri sambil merasai kembang rerumputan soneta-sonetamu terhidupi kebaharuan embun.

Buah-buahan turun dari surga seekor burung menghantarkan, para pujangga melukisnya guna kekalkan nilai tetap terjaga, meski melampaui jutaan jaman penuh intrik kekacauan perang serta fitnah menghangus semua keturunan.

Ronsard, dengan ketulian pendengaranmu di usia senja, harkat kenabianmu menjelma purna.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *